Pemuda dan Pertanian Menuju 2045

0
279

Tahun 2045 merupakan momentum emas untuk kebangkitan Indonesia, mengingat Indonesia akan menginjak usia kemerdekaan yang ke-100 tahun. Usia yang terbilang matang untuk kemajuan suatu negara. Untuk menjadi negara maju tentunya Indonesia sudah harus mempersiapkan strategi guna mencapai kemajuan, salah satunya di bidang pertanian.

Dengan jumlah total populasi sekitar 255 juta penduduk, pertanian menjadi hajat bersama sebagai salah satu sumber pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Sesuai visi pemerintah dalam pembangunan pertanian 2045 yaitu “Terwujudnya sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi dari sumberdaya hayati pertanian dan kelautan tropika”. Tentunya akan sangat banyak dinamika serta permasalahan dalam mewujudkan visi tersebut. Salah satu permasalahan yang kita hadapi yaitu kualitas sumberdaya insani yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan formal di kalangan petani. Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan kapasitas sumberdaya insani untuk melahirkan suatu inovasi.

Saat ini petani di Indonesia didominasi oleh usia tua, berdasarkan data yang dilansir oleh BPS tahun 2015, Kelompok petani usia di bawah 34 tahun hanya berjumlah 3,36 juta atau hanya 12,85%, dari total 26,14 juta rumah tangga petani. Selebihnya merupakan petani dengan usia 34 tahun ke atas atau 87,14%. Sementara data lain menyebutkan, usia petani Indonesia pada 2013 terdiri 61,8 persen berusia lebih 45 tahun, 26 persen berusia 35-44 tahun dan 12 persen berusia kurang dari 35 tahun. Hal ini disebabkan oleh asumsi yang beredar di masyarakat, sehingga membentuk paradigma bahwa pertanian tidak menjanjikan untuk digeluti. Paradigma tersebut membuat enggan para pemuda untuk terjun ke dunia pertanian. Tentunya ini menjadi PR bagi para steakholder untuk menarik minat pemuda guna menjaga kedaulatan pertanian kita. Jika dilihat dari perspektif yang lebih luas, aktivitas pertanian tidak hanya terjadi di lahan-lahan pertanian, tetapi juga termasuk tataniaga pertanian, proses pasca panen atau pengolahan hasil pertanian. Ini menjadi peluang untuk kita semua yang mau berikhtiar.

Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 30 yang artinya “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat. ‘Aku hendak menjadikan Khalifah di muka Bumi…” pada ayat tersebut, Allah SWT memberikan kita mandat untuk menjadi Khalifah (pemimpin) di muka Bumi. Selain itu, Allah juga memberikan kita tugas lain seperti pada penggalan surat Hud ayat 61 yang artinya “...Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah (bumi) dan menjadikan kamu pemakmur-nya…”. Dalam potongan ayat kedua ini, Allah juga memberikan kita suatu misi untuk memakmurkan bumi.

Potongan ayat di atas saling terintegrasi satu sama lain. Sebagai seorang Khalifah, kita dituntut untuk menegakkan keadilan serta berkontribusi dalam memakmurkan bumi Allah, dan bertani merupakan salah satu cara untuk bersikap adil dalam memakmurkan bumi, karena tanah yang disediakan Allah bisa kita optimalkan untuk beramal dan juga menjaga keberlanjutan ekosistem yang ada, kita juga mengetahui proses penanaman dari hulu sampai ke hilir, sehingga kita mengetahui sebagian apa yang kita makan berdasarkan proses yang terjadi. Bertani juga memiliki nilai sedekah, seperti yang Rasulullah SAW. sabdakan,” Tidaklah seorang muslim yang menanam tanaman atau bertani, lalu ia memakan hasilnya atau orang lain atau binatang ternak yang memakan hasilnya, kecuali semua itu dianggap sedekah baginya. (HR. Bukhori 2320).” Dari sumberdaya insani yang berkapasitas, adil dalam memakmurkan bumi Allah tersebut akan tercipta suatu inovasi serta terobosan-terobosan baru di sektor pertanian, sehingga kita mampu mencapai tahapan dimana bangsa Indonesia mampu menghasilkan produk yang berdaya saing dan bernilai tambah. Selain itu, mengubah bangsa yang konsumtif menjadi produsen yang kemudian menjadi konsumer produsen terhadap produk yang dihasilkan. Dengan sedikit peran yang saya ambil, saya berharap Indonesia yang bermartabat, mandiri, maju, adil dan makmur di tahun 2045 akan terwujud. InsyaAllah.

Ditulis oleh, Muhammad Ghulaman Zakiya, Alumni Daqu, Supervisor Daqu Agro Cianjur.