Pendidikan Yang Cerdas Adalah Hak Anak-Anak Kita

0
38

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidik, Daarul Qur’an mengadakan pelatihan  bagi guru KB, TK, dan SD yang bertemakan “Menjadi Pendidik Cerdas Berakhlaq di Era Millenial”. Tema tersebut diambil dengan melihat kondisi dunia pendidikan yang semakin berkembang ke era digital. Pelatihan tersebut diisi oleh Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Armaie Arief, M.Ag.

Pendidikan bukan hanya untuk memberikan pengetahuan tapi juga memberikan kesempatan berfikir. Untuk menciptakan generasi yang unggul dibutuhkan pula para pendidik yang mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Prof Armaie menjelaskan bahwa untuk mendidik anak dibutuhkan pengetahuan mengenai potensi diri dari anak didik. Potensi diri tersebut terdiri dari potensi akal, jasmani, dan hati. Ketiga potensi diri itulah yang harus bisa dieksploitasi pendidik kepada anak didiknya agar mereka mampu berkembang. Selain itu, penekanan terhadap tujuan hidup juga harus diberikan oleh para pendidik.

“Tujuan hidup jangan pragmatis, maunya untung terus, orang islam itu harus Inna Kholaqtul Jina Wal Insa Illa Liya’buduun”, ujar Prof Armaie.

Prof Armaie menjelaskan bahwa untuk menjadi pendidik yang cerdas harus bisa menyesuaikan cara mendidik dengan kondisi yang ada. “jangan jadi guru lontong basi, apa itu lontong basi?” ujar beliau sembari bertanya. Lontong basi merupakan istilah yang digunakan bagi pendidik yang tidak mau mengikuti perkembangan zaman. “(contohnya) menghukum pakai ancaman, bel berbunyi masih santai ngopi sama partner, tidak kreatif, ngajar nanya sampe halaman berapa ke murid, gaptek” sebut Prof Armaie. Selain itu, untuk menelurkan generasi yang diinginkan maka diperlukan juga teladan dari pendidik itu sendiri. Untuk mencapai hal tersebut, menurut Prof Armaie, diperlukan tiga langkah, yakni inovasi, literasi baru yang harus dikuasai, serta pembelajaran yang efekif dan menyenangkan.

Berbagai kegelisahan di dunia pendidikan juga dirasakan oleh para pendidik, salah satunya ketika smartphone dan perangkat komputer yang akan digunakan untuk pelaksanaan ujian nasional. “Cari jalan tengah, (contohnya) dilarang digunakan ketika jam pelajaran” ujar beliau menjawab pertanyaan dari Ustadz Fathurrohman, guru SD Daqu Kalibata City. Selain itu sinergi baik antara pendidik dengan pendidik lain maupun pendidik dengan orang tua juga diperlukan.

“Kalau ada masalah harus kerjasama dengan yang lain, harus menjadi teladan, serta berani mengambil keputusan” ujarnya. “Diperlukan juga kumpul-kumpul dengan orang tua, adakan pelatihan, pakai buku komunikasi, serta selesaikan masalah dengan orang tua murid secara tertutup dulu”.

Beliau menekankan bahwa setiap guru bertanggung jawab terhadap akhlak muridnya, bukan hanya guru agama. Menurut beliau keberhasilan proses pendidikan terlihat dari hasil yang didapat. Jika seorang pendidik berhasil maka muridnya juga harus lebih berhasil.