Ragam Budaya Indonesia di Daqufest 2019

0
281

Hari yang dinanti akhirnya tiba. Sabtu 26 Januari 2019 Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, Ketapang, Tangerang, menggelar kegiatan Daqufest 2019, kegiatan tahunan yang mengeksplorasi kemampuan serta inovasi santri.

Tiga bulan lamanya para santri menyiapkan diri. Dari mulai konsep acara, hingga penampilan para santri. Kegiatan ini memang semuanya dikelola oleh santri, termasuk pencarian dana acara. Hal ini untuk membangun jiwa enterprenuership santri.

Musim penghujan yang mulai turun menerbitkan kekhawatiran akan berlangsungnya acara, mengingat kegiatan ini akan berlangsung di luar gedung. Turunnya hujan memang tidak ada yang bisa menentukan itu semua ketetapan Allah, tapi sebagaimana yang diajarkan para ustaz, kekuatan doa bisa menghadirkan ketetapan Allah yang lain. Alhamdulillah selama acara hujan tidak turun.

Daqufest 2019 mengangkat tema Culture Ascending. Ustaz Ugi Agus Setiadi, ketua penyelenggara, menjelaskan tema ini diambil untuk mengajak generasi muda mengenal sekaligus menjaga budaya indonesia yang sangat beragam sekaligus untuk kembali muembangkitkan budaya-budaya Indonesia yang perlahan mulai dilupakan oleh generasi muda, “Karena generasi muslim harus mengetahui, mengenal sekaligus menjaga menjaga budaya-budaya lokal” ujarnya.

Ketua Daarul Qur’an, ustaz Ahmad Jamil dalam sambutannya mengapresiasi tema Daqufest kali ini menurutnya kebudayaan adalah jalur masuknya Islam di Indonesia, “Sejarah mencatat Islam masuk ke Indonesia lewat jalur budaya lewat walisongo” tambahnya.

Sesuai jadwal Daqufest dimulai pada jam 20.00 wib atau sesudah shalat Isya. Meski begitu para wali santri dan keluara besar Daqu sudah berdatangan sejak sore hari. Acara dimulai dengan penampilan hadroh yang dilanjutkan berbagai penampilan kreatif santri. Penampilan santri yang bisa menghibur penonton dari berbagai kalangan dan juga usia, seperti Jasmerah (jangan sekali-kali melupakan sejarah) yang mengingatkan generasi muda untuk tetap meniga jasa-jasa para pahlawan, lalu Rampak Nusantara (banten), Tari Saman (aceh), Cobek Betawi (jakarta). Juga tidak ketinggalan drama bahasa arab dan drama komedi. Juga ada penampilan live storm, dance serta ninja.

Berbagai penampilan yang dikemas dengan tata lampu yang ciamik serta panggung tiga dimensi yang menarik membuat para undangan dan penonton lainnya tidak mau beranjak dari lokasi acara. Ayah, panggilan kami untuk Kyai Haji Yusuf Mansur, pun terlihat antusias. Dari atas bangku VVIP berkali-kali beliau bertepuk tangan serta tidak lupa mendokumentasikan aksi kami lewat smartphonenya.

Ditulis oleh: Syahda Aqila SyakirSantri Kelas X IPA D