Sehari Bersama Dr. Abdullah Al-Jaarullah di Pesantren Daqu

0
52

Untuk yang kesekian kalinya, Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, Ketapang, Tangerang, kedatangan ulama sekaligus ahli Qur’an dari timur-tengah. Kali ini adalah DR. Abdullah al Jaarullah, Direktur Yayasan al Qur’an Madinah, yang datang bersama DR. Mushlih ar-Roddadi,  wakil dewan penasehat Yayasan Qur’an Madinah dan DR. Ahmad al Furaih, Ketua Program Qiroat al-Qur’an Univ Ummul Qurro, Mekkah, Senin (19/3).

Kedatangan ketiganya selain dalam rangka silaturahim juga untuk melihat bagaimana pendidikan Al-Qur’an di ponpes Daqu. Ketiganya didampingi langsung oleh ustad Ahmad Slamet, pengasuh ponpes Daqu Ketapang, serta Dr. Zaid bin Ali Al-Ghayli, pembina Markaz.

“Kabar tentang pesantren ini selalu bagus di Timur Tengah, alhamdulillah kini kami bisa melihat langsung dan berbicara dihadapan para santri” ujar Dr. Jarallah.

Markaz I’Dadil Mu’allimin wal Ijazah Bissanad atau pusat pembinaan guru qur’an dan sertifikasi hafalan bersanad, menjadi lokasi pertama yang dituju oleh para masyaikh. Disini para syeikh melihat praktik pembinaan guru-guru tahfizh Daqu. Ketiganya pun ikut

ikut menyimak bacaan guru tahfizh yang sedang tasmi’ kepada masyayikh. Memberikan apresiasi sekaligus catatan terhadap tilawah asatidz. Syeikh berpesan agar dalam setiap proses setoran direkam menggunakan handphone agar saat selesai dapat memutarnya di rumah untuk memperbaiki kekukarangan.

Dalam kesempatan ini Syeikh juga berdiskusi soal program-program markaz sekaligus memberikan masukan untuk memperkuat sejumlah program tersebut. Dr. Jarullah pun berkomitmen untuk memberikan bantuan kitab-kitab seputar Ulum Al-Quran.

Seusai shalat dzuhur di Gedung Al-Maidah,  para masyaikh menyempatkan untuk bersilaturahmi dengan para santri. Dihadapan para santri, Dr Jarullah menyampaikan bahwa untuk menjadi penghafa Al-Qur’an tidak harus lebih dulu pandai bahasa Arab. Ia mengisahkan ada santri beliau yang bernama Mifathul Arifin, yang memiliki kualitas bacaan sangat baik dan sangat kuat hafalannya. Setiap hari Miftahul dapat menyetorkan 1 juz tanpa kekeliruan yang berarti.

“Bahasa arabnya tidak bagus. Setiap hari ia hanya murojaah” ujar Dr. Jarallah.

Dr. Jarullah pun bercerita bahwa Indonesia dikenal sebagai tempat lahirnya banyak ulama, salah satunya Muhammad Mahfudh bin Al-Allamah Haji Abdullah bin Haji Abdul Manan bin Abdullah bin Ahmad At-Turmusi atau yang lebih dikenal dengan nama Syeikh Mahfudz Termas. Salah satu kitab Syeikh Termas yang berjudul Qiroat Asyaroh menjadi kajian Dr. Jarallah saat mengambil gelar Doktor dalam bidang qiroat.

“Saya menghabiskan waktu 10 tahun untuk mengkaji kitab ini” ujarnya dihadapan para santri.

Setelah dari Gedung Al-Maidah, Dr. Jarullah dan kawan-kawan menyempatkan untuk melihat-lihat asrama santri shigor yang berada di Gedung Duha. Para masyaikh pun menyatakan kekaguman akan semangat anak-anak kecil yang mau tinggal jauh dari orangtua untuk belajar Al-Qur’an.

“Bila mereka yang datang ke masjid dekat rumah saja untuk belajar Al-Qur’an mendapat kemulilaan yang besar. Lalu bagaimana dengan anak-anak yang datang jauh dari rumah untuk belajar Al-Qur’an? Insya Allah kemuliaan yang besar untuk Anda” ujarnya.

Setelah jeda makan siang para Syeikh menyempatkan untuk menyimak tilawah beberapa asatidz tahfizh yang nantinya  akan dipilih langsung untuk iberi beasiswa belajar Al-Qur’an  selama 1 bulan di Madinah di bawah bimbingan guru Al-Qur’an di sana. Kepada asatidz tahfizh syeikh berpesan untuk secara tekun dan terus menerus mengasah tilawah dan hafalannya, mengingat tanggung jawab mendidik santri sangat besar.

[vc_media_grid grid_id=”vc_gid:1521607025471-8533902c-fa2e-3″ include=”17055,17056,17057,17058,17059,17060,17061,17062,17063″]