Kabar duka datang dari gurunda KH. Yusuf Mansur. Ayah beliau yang bernama KH. M. Abduh bin KH. Mahfudh Mimbar, berpulang ke rahmatullah pada usianya yang ke 70 tahun, kamis (13/2). Kehilangan tidak hanya dirasakan oleh KH Yusuf Mansur dan keluarga, tapi juga seluruh keluarga besar Daarul Qur’an.
Setelah sebelumnya disemayamkan di rumah duka yang berlokasi di Jatisampurna, Bekasi, Jenazah langsung dibawa ke pondok pesantren tahfizh Daarul Qur’an, Ketapang, Tangerang, untuk dishalatkan di Masjid An-nabawi untuk selanjutnya dimakamkan di komplek pemakaman keluarga yang berlokasi di areal pesantren.
Dihadiri oleh keluarga besar Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, hadir pula Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan dan Habib Ahmad, juga sejumlah publik figur, diantaranya Mas Mono, Arif Rachadiano Wismansyah (Walikota Tangerang), Drs. H. Sachrudin (Wakil Walikota Tangerang), Arifin Tasrif (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI), serta Ustadz Muhammad Adi Yusuf dan Ustadz Muhammad Alwi Yusuf dan sejumlah tokoh lainnya.
Sejumlah kiriman rangkaian bunga dari segenap tokoh masyarakat yang berhalangan hadir pun turut berdatangan sejak berita duka ini tersebar di media sosial. Tampak berbaris karangan bunga dari Presiden Republik Indonesia H. Joko Widodo, Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin, juga ada karangan bunga dari Presiden Republik Indonesia ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat serta instansi yang turut berduka cita.
Jenazah almarhum tiba di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang pada pukul 14.54 WIB yang dijemput dan didampingi langsung oleh KH. Yusuf Mansur beserta keluarga besar.
KH. Yusuf Mansur turut serta menggotong keranda jenazah ayahandanya dari mobil ambulance menuju ke dalam masjid An-Nabawi. Kedatangan jenazah disambut hangat oleh seluruh santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang yang sudah hadir memenuhi masjid.
Prosesi pemakaman dimulai oleh lantunan surat Yaasiin yang dibacakan langsung oleh KH. Yusuf Mansur dan diikuti oleh seluruh jamaah yang telah hadir sambil menunggu adzan shalat ashar berkumandang.
“Kematian itu bukan merupakan sebuah aib. Kita semua pasti akan bertemu dengan kematian. Hanya saja kapan waktunya yang belum kita tahu.”, ujar Habib Jindan sebelum pelaksanaan shalat jenazah. Kalimat yang beliau sampaikan ini sekaligus menjadi reminder dalam menjalani kehidupan yang nantinya akan diakhiri dengan kematian.
Alm. KH. Muhammad Abduh ini semasa hidupnya dikenal sebagai seorang sosok ayah yang sekaligus menjadi role model bagi KH. Yusuf Mansur. “Salah satu hal yang beliau tularkan ke saya adalah bagaimana beliau selalu happy. Beliau ini anti sedih sedih club pokoknya. Termasuk dalam urusan keuangan. Ada uang, enggak ada uang, pokoknya seneng terus. Senyum terus. Happy terus.”, ujar KH. Yusuf Mansur yang dijumpai usai pemakaman ayahandanya sore tadi.
KH. Yusuf Mansur juga menceritakan sedikit kenangan bersama almarhum ayahandanya yang semasa hidupnya tidak pernah ketinggalan shalat berjamaah di masjid, juga kerja kerasnya yang hingga kini menjadi contoh bagi KH. Yusuf Mansur sebagai anaknya.
Pada momen ini, KH. Yusuf Mansur juga me-reminder anak-anak zaman now untuk terus taat, menjaga akhlak dan berbakti kepada kedua orangtuanya, “Buat yang orangtuanya masih hidup, harus bener-bener dah sayang sama orangtua. Harus bener-bener baktinya ke orangtua. Jangan sampai nanti nyesel di kemudian hari. Karena yang namanya usia kan enggak ada yang tahu.”, ujar KH. Yusuf Mansur mengakhiri perjumpaannya dengan sejumlah wartawan dari berbagai stasiun TV yang juga turut hadir hari ini.
Selamat jalan Ayah Abduh, doa kami senantiasa menyertaimu.