Sebanyak 50 guru Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Dirosah Islamiyah dari berbagai cabang Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, diantaranya Pesantren Daqu Ketapang, Pesantren Daqu Bandung, Pesantren Daqu Lampung, serta Pesantren Daqu cabang lainnya, mengikuti pelatihan Higher Order Thinking Skill (HOTS) yang bertempat di Gedung Al-fath pada Sabtu (7/3).
Pelatihan ini digelar guna meningkatkan kualitas mengajar guru di Pesantren Daqu. Ustadz Kupmin Rambe, M.Pd, kepala biro Daqu Training Center (DTC) membuka langsung pelatihan tersebut dengan mengajak para peserta pelatihan membaca surat Al-Waqi’ah bersama, lalu dilanjutkan dengan perkenalan antar masing-masing cabang Pesantren Daqu yang tengah hadir.
“Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, kita wujudkan Pendidikan millennial berbasis digital yang praktis.”, ujar Nur Ajizah, M.Pd selaku narasumber pada pelatihan HOTS hari ini. Nur Ajizah adalah seorang pakar Pendidikan bidang kurikulum yang telah terjun dalam dunia pelatihan kurikulum sejak tahun 2013.
Dalam pelatihan ini, Nur Ajizah ingin mengajak para guru untuk menjadi guru-guru yang lebih kreatif dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada pada saat ini. Mengingat kini teknologi bukan lagi menjadi sebuah hal yang terdengar asing di telinga para pendidik di dunia.
Kemajuan teknologi yang terus berkembang hingga saat ini memaksa para guru untuk bisa menyeimbangkan antara teknologi dengan pendidikan. Juga dengan melibatkan teknologi yang ada sebagai penunjang terlaksananya pendidikan.
“Anak-anak generasi millenial ini pegang gadget aja sudah ndak perlu diajarkan lagi.”, ujarnya. “Dan kita sebagai guru, jika hanya menggunakan spidol dan papan tulis saja sebagai media pembelajaran, maka kita termasuk dalam kategori guru jadul alias ketinggalan zaman.”
Mengingat adanya keterbatasan santri untuk dapat mengakses internet, maka teknologi yang ada saat ini bisa dipergunakan sebaik-baiknya oleh guru pengajar bidang studi. “Misal, sebelum masuk ke ruang kelas, para guru mempersiapkan materi berupa slide untuk ditampilkan di hadapan anak-anak. Atau dengan browsing bahan ajar terkait materi yang akan disampaikan sebagai tambahan informasi untuk anak didik di kelas.”, ujar Nur Ajizah.
Sebelum mengupas tuntas tentang HOTS, Nur Ajizah mengajak para peserta pelatihan untuk sama-sama mengupas tuntas revisi terkini pada kurikulum 2013, yakni pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang kini hadir dalam satu lembar, sesuai dengan kebijakan Kemendikbud.
Para peserta pelatihan begitu antusias mengikuti pelatihan ini. Beberapa diantaranya mengajukan pertanyaan terkait isi materi yang disampaikan oleh narasumber.
Nur Ajizah menyampaikan bahwa ada empat hal yang perlu diperhatikan oleh para pendidik, yakni Penerapan Pendidikan Karakter (PPK), literasi (membaca, mengamati, dan mempraktekkan secara langsung), 4C (Critical thinking, Communication, Collaboration, dan Creative), serta HOTS atau kebiasaan berpikir tingkat tinggi.
“Lepas dari Ujian Nasional (UN), nantinya akan digantikan oleh Assessment Kompetensi Minimal (AKM) dan Survei Karakter (SK).”, ujar Nur Ajizah.
Nur Ajizah menyampaikan bahwa terdapat lima komponen HOTS yang perlu diterapkan dalam diri masing-masing anak didik, yakni remembering, understanding, applying, dan creating.
Selanjutnya peserta pelatihan dibagi menjadi enam kelompok sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya untuk membuat RPP yang kemudian dipresentasikan.