Pengalaman Santri Daarul Qur’an Mengajar Ngaji Anak-Anak Suku Tengger

0
34

Meski dalam keseharian belajar Alquran namun bukan berarti itu menjadi mudah saat diminta untuk mengajarkannya. Terutama mengajar pada kalangan anak-anak. Itulah yang dirasakan oleh santri-santri pesantren tahfizh Daarul Qur’an yang tergabung dalam ekskul Daqupost saat perjalanan ke Kampung Quran Bromo, Jawa Timur.

Daqu Post sendiri adalah ekstra kurikuler jurnalistik di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an. Hasil karya para santri yang berupa foto, video dan tulisan kerap menghiasi akun media sosial pesantren dan majalah Daqu. Pada kesempatan kali ini, para santri selama beberapa hari akan mengaplikasikan ilmu yang didapatnya di Pesantren kepada anak-anak masyarakat Suku Tengger.

Awalnya mereka saling tunjuk untuk siapa yang akan mengajarkan para santri cilik yang berjumlah sekitar 30 anak. Hingga akhirnya 5 santri disepakati akan menggantikan sementara Ustaz Muhibbin, pengasung Kampung Quran Bromo, dalam beberapa hari mendatang.

Jam 15.00 waktu setempat santri-santri mulai berdatangan. Awalnya para santri cilik ini juga kaget melihat banyaknya rombongan di mushola yang kerap mereka jadikan tempat belajar tersebut. Setelah shalat ashar ustaz Muhibbin mengenalkan maksud dan tujuan kedatangan para kakak-kakak santri tersebut sekaligus memberi info untuk sementara kelas mengaji akan diambil alih santri-santri Daarul Qur’an.

Setelah perkenalan kelas mengaji pun dimulai. Para santri cilik dikelompokan sesuai kelas bacaannya. Ada yang sudah membaca Alquran ada juga yang masih mengaji iqro. Lima santri Daarul Qur’an pun mulai mengeluarkan ilmu yang mereka dapat di pondok pesantren. Awalnya mereka bertanya nama masing-masing para santri untuk kemudian bertanya sampai sejauh mana mengajinya.

Baru lima menit mengaji aliran listri padam. Namun itu tidak menyurutkan semangat anak-anak suku Tengger ini berhenti mengaji. Satu dari mereka bahkan tidak ada yang beranjak dari tempat duduknya. Melihat semangat mereka para santri pun mencari lighting kamera untuk digunakan sebagai alat penerangan.

Pengalaman Baru

Mengajar langsung terlebih di tempat yang jauh menjadi pengalaman baru bagi para santri. Salah satu santri yang menjadi pengajar adalah Naufal (17). Santri asal Jakarta ini merasakan pengalaman baru karena berkesempatan untuk mengajar anak-anak Kampung Qur’an Bromo.

“Sangat excited, pengalaman yang baru buat kita-kita para santri Daqu yang biasanya belajar dan mengajar di Pondok, kini bisa terjun langsung di masyarakat untuk mengamalkan ilmu di Pondok,” ujar Naufal

Tak hanya Naufal yang merasakan antusiasme pengalaman baru. Hal yang sama dirasakan Rayyan Rasyid (17) yang juga berasal dari Jakarta.

“Suatu pengalaman bisa mengajar santri, padahal kita juga masih proses mengajar. Alhamdulillah ternyata tidak sesulit yang dibayangkan, ternyata mengajar itu asyik. Intinya kita harus mencoba semuanya agar kita tahu apa yang sebenarnya kita suka,” ujar Rayyan.

Hal senada disampaikan oleh Magistra (17). Santri kelas 12 ini mengatakan banyak pelajaran yang ia dapat dalam interaksi beberapa hari di Kampung Quran Bromo. Satu contohnya adalah anak-anak punya semangat mengaji yang tinggi meski mereka minoritas dan tempatnya adalah mushola yang kecil dan kondisi mati lampu.

“Saya kedapatan mengajar 3 santri. Dari 3 santri tersebut ada kembar bernama Adhi dan Aji. Mereka saat ini duduk di kelas 4 dan sudah ikut mengaji di Kampung Quran ini sejak kelas TK. Masya Allah mereka sudah membaca hingga juz 16” ujarnya.

Magistra pun menambahkan sejujurnya ia yang dapat banyak pelajaran dari aktivitas mengajar di Kampung Quran Bromo ini. Yang pertama adalah kesabaran dalam mendidik anak-anak suku Tengger ini. Dengan telaten Magistra mengajari 3 santri ciliknya hukum bacaan dan tanda baca yang masih kerap dilupa oleh mereka meski sudah bisa membaca Alquran dengan lancar.

“Satu lagi pelajaran yang saya ambil adalah mereka sangat on time datang ke mushola. Masa kita sebagai yang ngajar telat saat datang ke halaqoh. Satu lagi yah kita bisa murojaah langsung ilmu yang selama ini kita dapat di pesantren” tegasnya.

Untuk diketahui, Kampung Qur’an Bromo ini terletak di kaki Gunung Bromo. Awalnya hanya ada Mushola al-Ikhlas Wal Barakah serta Rumah Tahfizh, dan digunakan untuk menampung anak-anak desa untuk belajar dan menghafal al-Qur’an. Dengan dukungan PPPA Daarul Qur’an, kawasan yang yang berdiri di atas tanah wakaf milik almarhum Warjonoini bertransformasi menjadi Kampung Qur’an Bromo, sentra belajar dan menghafal al-Qur’an. Hingga saat ini, Kampung Qur’an Bromo yang tumbuh di tengah perkampungan Hindu Suku Tengger, menjadi simbol toleransi dan kerukunan antarumat beragama di sana. (Daqupost)