Perjalanan Dakwah di Negara Minoritas Muslim

0
48

“Negara yang kami tempati termasuk negara kecil dengan jumlah penduduk 6 juta jiwa dan 5% diantaranya adalah muslim.”, ujar Roxy yang tengah berkunjung ke Daarul Qur’an Ungaran, Semarang guna bersilaturrahmi, pada Selasa, (14/1).

Roxy yang bernama lengkap Rukhsana Bibi datang ke Daarul Qur’an Ungaran bersama keempat anaknya – Rukhsar Asif (Noori), Maleeha Asif, Muhammad Solaeman, dan Maryam – Roxy beserta keempat anaknya yang berkewarganegaraan Denmark tiba di Daarul Qur’an Ungaran pada pukul 10.30 WIB. Salah satu anak Roxy yang bernama Maleeha Asif merupakan seorang aktivis Muslim pada bidang politik dan kemanusiaan. Kedatangannya disambut baik oleh Ustadz M. Faris yang pada saat itu didampingi oleh Ustadz Koiri, Ustadz Ilyas, dan Ustadz M. Lutfi.

Maksud kedatangan Roxy adalah dalam rangka mengetahui keadaan Islam dan perkembangannya di Indonesia sebagai negara kesatuan yang damai dengan mayoritas penduduk muslim di dalamnya.

Roxye menjelaskan bahwa mereka berasal dari Syuriah yang kemudian memutuskan untuk menjadi kewarganegaraan Denmark dengan niat untuk berdakwah. Roxy juga menceritakan tentang awal kedatangannya di Denmark sebagai seorang muslim yang selalu dianggap sebagai warga negara yang kurang dihormati karena penduduk asli Denmark beranggapan bahwa Islam adalah agama yang keras dan penuh dengan teroris. Perjalanan dakwah mereka cukup berat, bahkan tidak jarang pula mereka mendapat cacian juga adu pemikiran, hingga suatu ketika mereka diundang oleh salah satu stasiun televisi dalam sebuah acara perdebatan agama.

Alhamdulillah berkat pertolongan Allah, mereka mendapat kemenangan dalam perdebatan tersebut yang kini menjadikan mereka beserta umat Islam disana mendapat kedudukan yang istimewa di Denmark, karena selalu mengajarkan kebaikan dan kedamaian.

Pada kesempatan kunjungan ini, Roxye beserta keempat anaknya diajak berkeliling Pesantren Daarul Qur’an Ungaran, mulai dari gedung asrama hingga sekolah.

Para santri merasa sangat antusias dengan kedatangan tamu muslim dari berbagai negara di seluruh belahan dunia. Kedatangannya membuat para santri termotivasi, khususnya untuk terus belajar Bahasa Inggris.