Menjadi penghafal Quran merupakan impian semua umat muslim. Ada yang dapat menghafalkan Alquran dalam waktu tiga Tahun, satu Tahun, satu Bulan bahkan ada yang dapat menghafalkannya dalam waktu satu minggu. Walau terlihat mudah dalam menghafalkan Alquran namun untuk istiqomah dalam menjaga hafalan Quran bukan pekerjaan gampang.
Itulah yang dirasakan Muhammad Abid, Alumni Daarul Qur’an Angkatan ke – 6. Sejak lulus dari pesantren tahun 2016 dan merasakan dunia perkuliahan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjaga hafalan merupakan tantangan yang tidak mudah. Walaupun tidak mudah, Abid berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga apa yang telah diraihnya tersebut.
Abid merupakan mahasiswa UPI kuliah jurusan Pendidikan Matematika angkatan ke 2017. Di Kampus, Abid tergabung dalam organisasi BEM Himatika Identika UPI atau lebih dikenal dengan istilah (HIU) sebagai Ketua Divisi Kerohanian. Sebagai Ketua Divisi Kerohanian Abid mengusulkan 4 program yaitu Statmat (sasarengan Taklim ti Himatika) : Kajian rutin, satu semester 2 kali, Postulat : Kajian keakhwatan, sebulan sekali, Binomial (Bina Mentoring dan Tutorial) : Mentoring baca Qur’an, dan Diskriminan (Dakwah Online an Buletin Online).
Selain menjadi ketua divisi kerohanian, berkah istiqomah dengan Alquran yaitu mendapatkan Beasiswa Imam Muda Salman, Abid berhak mendapatkan uang saku, dapat pembinaan yang diajarkan langsung oleh orang-orang yang ahli dibidangnya, seperti ustadz Muzammil di bidang maqomat, kemudian tajwid bersama syaikh Kanova Maulana dan yang paling penting adalah pengalaman baru karena sering ditugaskan menjadi imam muda ke sekeliling bandung khususnya pada bulan puasa.
“Keterima tahun 2018. Awalnya lihat informasi diakhir tahun 2017 di Instagram ada info beasiswa Imam Muda Salman, kirim file rekaman dan jawab beberapa pertanyaan yang ada di halaman website” ujar Abid mengisahkan awal mula mendapat beasiswa Salman. “Saat itu yang daftar ada 1004 termasuk dari Malaysia, kemudian di pilih 40 orang dari 1004, 40 orang ini diundang langsung ke salman untuk tes baca Quran secara langsung. Tes dibagi menjadi 3, yaitu tes langgam Alquran, langsung di tes ustadz Muzammil, tes tajwid, dengan syekh Kaova Maulana (penerima sanad), wawancara, nah dari 40 orang ini dipilihlah 20 orang yang dinyatakan lulus beasiswa.” Ujar Abid.
Kini di tengah kesibukan kuliah dah tugas sebagai imam muda, Abid tengah belajar langsung maqomat dengan ustadz Muzammil dan beberapa kali sudah menjadi Imam di masjid ITB.
Menghadirkan Suasana Alquran
Satu tantangan bagi penghafal Alquran setelah keluar dari pondok adalah menjaga hafalan itu sendiri. Hal tersebut yang dirasakan oleh Abid. Maka untuk menjaga hafalan serta ibadah layaknya di pesantren, Abid mencari lokasi tinggal dengan suasana layaknya pesantren. Dipilihlah lokasi tinggal dekat dengan masjid pesantren Daarut Tauhid.
“Dengan kos di dekat masjid Daarut Tauhid saya tidak kehilangan semangat untuk beribadah. Saya bisa tetap shalat jamaah dan mengaji serta murojaah hafalan seusai shalat” ujar Abid.
Ia pun berpesan kepada para santri yang masih menempuh pendidikan di pesantren unuk tetap semangat belajar Alquran agar keberkahan Alquran tetap mengikuti kita dalam kehidupan.
ditulis oleh : Rifki Akbari, Alumni Daqu