Oleh Tarmizi Assiddik, Ketua Daarul Qur’an
Sejarah Daarul Quran tak bisa dilepaskan dari kiprah dakwah Ustadz Yusuf Mansur, yang fokus mengajak umat Islam untuk lebih mencintai Al-Quran dan gemar bersedekah.
Di awal tahun 2000, Ustadz Yusuf Mansur memulai dakwahnya setelah berhijrah dari permasalahan hidup yang membelitnya. Ia memulai dakwah dengan memperbaiki diri sendiri. Caranya adalah menghafal Al-Quran. Kerabat dekatnya juga ia ajak untuk melakukan amalan ini.
Pengalaman pribadi ‘’move on’’ itu dijadikan materi pokok dalam dakwahnya. Sehingga, seruan Ustadz Yusuf Mansur lebih hidup dan gampang dicerna masyarakat. Iapun mulai banyak diundang berceramah.
Medio tahun 2000-an, Ustadz Yusuf Mansur mulai dikenal masayarakat luas. Kehadirannya dalam program tausiyah di sejumlah televisi nasional menjadikan ia semakin tertokohkan. Ia populer sebagai ‘’Ustadz Hafal Quran dan Sedekah’’.
Untuk merapikan pengelolaan dakwahnya, ia membuat komunitas yang dinamakan Wisatahati. Produk perdana lembaga ini adalah buku “Mencari Tuhan Yang Hilang“ yang terbit tahun 2006. Berikutnya terbit buku yang kemudian diangkat ke layar gelas dan layar perak bertajuk Kun Faa Yaa Kun.
Beriringan dengan program dakwah yang sedang berjalan, Ustadz Yusuf melalui Wisatahati mulai merintis pembangunan Pesantren Tahfidz yang bertujuan untuk membibit para penghafal Al-Quran di seluruh Indonesia.
Awalnya, pesantren itu berdiri tidak sengaja. Waktu itu datang tamu ke rumah Ustadz Yusuf Mansur, seorang ustadz bernama H Ahmad, yang sedikit mengadu tentang keadaan pondok pesantren yang dirintisnya yang memang butuh suntikan dana di tahun 2003.
Sore harinya, tanggal 5 Juli 2003 Ustadz Yusuf Mansur meminta beliau menempatkan santri di rumah Ustadz Yusuf Mansur, di sinilah dimulainya cikal bakal dakwah Daarul Qur’an melalui sedekah dan gerakan menghafal Al Qur’an.
Motivasi Ustadz Yusuf Mansur hanya satu supaya punya hafalan Alquran bisa ada kesempatan untuk muraja’ah yaitu dengan mengajar karena menjaga hafalan supaya baik yaitu dengan mengajar. Kedua, motivasi Ustadz Yusuf Mansur supaya selamat dan Ustadz Yusuf Mansur butuh sekali pertolongan Allah. ‘’Sedangkan Allah bilang, kalau kita rajin membantu orang, rajin sedekah, akan dibantu. Jadi, waktu itu sekitar delapan orang anak kemudian dipondokkan di rumah. Jadilah cikal bakal Ponpes Daarul Quran Wisatahati,’’ tutur Ustadz Yusuf Mansur.
Kemudian ia dan tim menemukan satu lokasi yang cantik sekali namanya Bulak Santri yang terletak di kelurahan Pondok Pucung Kecamatan Karang Tengah, Ciledug, Tangerang, Banten. Dan ternyata Bulak Santri ini tambah menarik karena dia sudah ada lokal untuk belajar, madrasah ada empat lokal yang sudah tidak terpakai selama tiga tahun, masjidnya besar tapi kegiatannya tidak terlalu banyak. Ada satu majelis yang sudah tidak terpakai belasan tahun.
Tahun 2005, Ustadz Yusuf Mansur melalui Yayasan Daarul Qur’an Indonesia yang dibentuknya meminta izin ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk anak-anak bisa belajar tidak ke luar tapi di dalam pesantren. Maka lahirlah SMP Islam Daarul Quran. Waktu itu Wisatahati mengaudisi 20 santri. Tahun pertama delapan santri, tahun kedua 20 santri. Untuk menghidupi santri diluncurkan program yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia ini.
Untuk mendukung program ini maka pada tahun 2006 manajemen PPPA mulai dirintis oleh Wisatahati. Dengan kesederhanaan, perlahan tetapi pasti, PPPA Daarul Qur’an mulai mengalami perkembangan dan kemajuan. Program utamanya membibit dan mencetak penghafal Al-Qur’an.
Tanggal 29 Maret 2007, PPPA Daarul Qur’an mulai diresmikan dan launching sebagai lembaga nirlaba yang didirikan oleh Ustadz Yusuf Mansur dan Wisatahati. Melalui program pendirian Pesantren Tahfidz yang digulirkan oleh PPPA Daarul Qur’an, tahun 2007 juga mulai pembangunan Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an berjalan dari Bulak Santri dan Ketapang di Tangerang hingga pembangunan Pesantren Tahfidz menyebar di berbagai daerah di Indonesia
Seiring perjalanannya Wisatahati bertransformasi menjadi Daarul Quran yang yang bergerak di berbagai unit di bidang pendidikan dan dakwah. Daarul Qur’an mendirikan Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an di berbagai daerah di Indonesia. Lembaga ini juga mendirikan Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Program Khusus yang gratis untuk anak-anak yang berprestasi dan kurang mampu. Juga STMIK Antar Bangsa sebagai cikal bakal Universitas Yusuf Mansur yang telah melahirkan kader-kader ahli IT yang hafidz Qur’an. Mereka telah banyak diserap oleh dunia kerja. Di bidang pendidikan juga Daarul Qur’an telah mengembangkan pendidikan dan pembelajaran via online.
Di bidang Bisnis dan Usaha, Daarul Qur’an telah mengembangakan berbagai unit usaha yang bertujuan untuk mendukung gerakan dakwahnya Daarul Qur’an, pengembangan bisnis di internal Daqu melalui pesantrennya juga pengembangan bisnis ekternal dengan membangun dan mengoptimalkan potensi Ust, Yusuf Mansur dan Daarul Qur’an di dunia usaha.
Di bidang Sosial, Daarul Qur’an mendirikan PPPA Daarul Qur’an, lembaga nirlaba yang berkhidmat untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, berbagai program sosial dan pemberdayaan diluncurkan oleh PPPA, sehingga gerakan membibit dan mencetak para penghafal Al-Qur’an bergerak dari unit yang dikembangkan oleh Daarul Qur’an dibidang pendidikan, Bisnis dan Sosial dengan semangat menciptakan masyarakat Indonesia berbasis Tahfidzul Quran.
Tanggal 3-5 Februari 2018 di Malang, rapat holding Daarul Qur’an yang dihadiri oleh berbagai lembaga-lembaga yang didirikan oleh Daarul Qur’an dan KH Yusuf Mansur memantapkan diri untuk mengembangkan dakwah Qur’an hingga 5 benua.
Dream kita semua itu membutuhkan dukungan masif dan berjangka panjang.
Bismillah