Resah Dengan Pencemaran Lingkungan, Santri Daqu Ungaran Buat Sabun Berbahan Daun Cocor Bebek

0
44

Resah dengan pencemaran lingkungan yang diakibatkan sabun berbahan kimiawi, dua santri Daqu Ungaran membuat sabun cuci berbahan daun cocor bebek. Sabun tersebut kemudian diikutkan dalam Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2019 yang diikuti oleh 30 tim finalis dari hasil seleksi seluruh SMP/MTs di Kabupaten Semarang yang  berlangsung di SMP Negeri 1 Bawen, Rabu 20 Juni 2019, dan berhasil meraih juara dua bidang IPA dan lingkungan.

Zidan Zahi dan Kenji Raihan yang saat ini masih duduk di kelas 8A menyatakan sabun saat ini tidak terlepaskan dari aktivitas sehari-hari manusia namun sayangnya banyak sabun yang digunakan berbahan kimia sehingga mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan.

“Maka itu kami mencoba membuat sabun berbahan daun cocor bebek” ujar Zidan.

Keduanya membutuhkan waktu selama 1 bulan penuh untuk melakukan riset dari mulai persiapan, pengujian, pengambilan data hingga pengemasan. Setelah semua tahapan dirasa sudah sempurna barulah sabun dibuat yang membutuhkan waktu selama 16 jam.

“Waktu 16 jam itu dibutuhkan agar senyawa yang ada di dalam daun cocor bebek bisa terikat sempurna” ujarnya.

Muhammad Syaifudin, S.Pd, guru IPA yang juga menjadi pendamping kedua santri tersebut mengatakan, kedua santri begitu antusias dengan proyek ini. Ide awal berasal dari penelitian kakak kelas mereka yang berhasil menggunakan daun binahong sebagai pembersih alami anti bakteri.

 

“Nah, daun cocor bebek memiliki kandungan yang sama dengan binahong yaitu zat bernama saponin dan anti bakteri” ujar Syaifudin.

Tidak ada kesulitan berarti selama kedua santri melakukan riset. Satu tantangan hanya masalah tidak adanya daun cocor bebek di dalam lingkungan pesantren sehingga keduanya harus meminta ijin pengasuhan untuk mencari daun cocor bebek pada masyarakat di luar pondok. Sabun cair tersebut pun diberi nama Daqu Wash.

Atas prestasi tersebut keduanya berhak atas trophy beserta piagam dan uang pembinaan serta peluang  untuk perlombaan tingkat nasional pada bulan September nanti.

Syaifudin menambahkan butuh beberapa tahapan lagi agar sabun ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat setidaknya untuk kegiatan pondok seperti pengujian di Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang.

Ustadz Khalid Hidayatullah, pengasuh pesantren Daqu Ungaran, menyambut baik prestasi ini. Ia berharap ini akan menjadi pemantik santri Daqu lainnya untuk terus berinovasi dan berprestasi.

“Insya Allah pesantren Daqu kedepannya tidak hanya unggul dalam tahfizhul qur’an tapi juga unggul dalam bidang keilmuan lainnya” ujar beliau.